Pendahuluan
Masih menurut Ki hajar Dewantara bahwa dalam proses " menuntun ", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai " pamong " dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang " pamong " dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Sebagai pendidik, guru diibaratkan bagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru harus memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa: “…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan, seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.”
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan agar sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Budaya positif di sekolah merupakan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, Budaya positif tidak lepas dari disiplin positif yang juga merupakan bagian dari kegiatan sekolah. Dalam menanamkan budaya positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu posisi kontrol guru sebagai manajer dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif. Guru juga berperan sebagai motivator dan inspirator dalam menumbuhkan budaya positif sehingga nantinya guru akan menjadi “ing ngarsa sung tuladha” dan menjadi agen transformasi perubahan. Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya harus bekerjasama/ kolaborasi dengan ekosistem sekolah dalam hal ini kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga murid serta melibatkan orangtua dan masyarakat sekitar.
Perkembangan zaman dan teknologi membawa dampak yang memprihatinkan terhadap fenomena krisis karakter. Dalam era teknologi ini, akses mudah terhadap tren budaya luar seringkali membuat para murid terpengaruh tanpa adanya pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai budaya kita sendiri. Budaya positif di sekolah memiliki peranan penting dalam membentuk karakter murid. Nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang berpihak pada perkembangan pribadi yang kritis, hormat, dan bertanggung jawab merupakan inti dari budaya positif ini. Sebagai institusi pembentukan karakter, sekolah memiliki peluang besar untuk membangun budaya positif tersebut. Peran guru sebagai pendidik menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi murid. Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, pembelajaran di sekolah haruslah mampu memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi murid melalui konsep merdeka belajar.
Rancanan Tindakan Aksi Nyata Modul 1.4
Persiapan Diseminasi
Untuk dapat terlaksana aksi nyata ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyampaikan rencana pelaksanaan Diseminasi Budaya Positif kepada Kepala Sekolah. Selanjutnya yaitu mempersiapkan kegiatan diseminasi yang meliputi, materi dalam bentuk power point, undangan, daftar hadir, dan lain – lain. Saya juga melakukan koordinasi dengan tim terkait diantaranya tim sarana prasarana, tim multimedia, tim konsumsi, dan lain – lain. Adapun sasaran Diseminasi Budaya Positif ini adalah Bapak Ibu Guru Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Negeri 2 Sekayu.
Pelaksanaan Diseminasi Budaya Positif di Sekolah
Pelaksanaan aksi nyata untuk mensosialisaikan tentang budaya positif di sekolah telah terlaksana dengan baik pada tanggal 11 Juni 2024. Diseminasi ini dilaksanakan di ruang guru SMK Negeri 2 sekayu dan dihadiri 15 orang guru dan 3 Tenaga Kependidikan. Adapun susunan acara kegiatan sosialisasi tersebut terdiri atas:
- Pembukaan
- Sambutan kepala sekolah
- Penyampaian materi pemahaman budaya positif sekolah
- Diskusi dan Refleksi kegiatan
- Do’a
- Penutup
Acara disambut dengan sangat antusias oleh para peserta, Dalam sambutannya, Wakil kepala sekolah menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan ini dan menyambut baik Upaya kolaborasi dalam membangun budaya positif di lingkungan sekolah. Diseminasi Budaya Positif dianggap sebagai kesempatan berharga untuk berbagi praktik baik yang telah berhasil dilakukan oleh CGP SMK Negeri 2 Sekayu, sehingga diharapkan dapat memberikan inspirasi dan wawasan baru bagi para semua guru.
CGP SMKN 2 Sekayu telah melakukan rangkaian kegiatan Aksi Nyata dalam Diseminasi Budaya Positif yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mengimplementasikan budaya positif di sekolah. Melalui kegiatan ini, para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah telah mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya budaya positif dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan berpihak pada murid.
Materi pemahaman budaya positif yang kami sampaikan terdiri dari :
- Perubahan Paradigma
- Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal,
- Motivasi perilaku manusia,
- hukuman, penghargaan dan restitusi,
- Keyakinan kelas,
- Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas,
- Lima posisi kontrol, dan
- Segitiga restitusi.
Salah satu aspek yang menjadi fokus utama dalam Diseminasi Budaya Positif ini adalah penyusunan keyakinan kelas, posisi kontrol guru dan restitusi. Para peserta dijelaskan mengenai pentingnya memiliki keyakinan kelas yang solid dan dapat dijadikan landasan bagi proses pembelajaran. Keyakinan kelas ini mencakup nilai-nilai, norma, dan aturan yang dijadikan pedoman bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan harmonis. Selain itu, peserta juga diajarkan mengenai penerapan segitiga restitusi sebagai alat untuk membangun disiplin positif di kelas. Dengan adanya restitusi, para murid diajarkan untuk bertanggung jawab atas perbuatan dan tindakan mereka serta belajar dari pengalaman yang telah terjadi.
Melalui rangkaian kegiatan ini, diharapkan para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dapat menerapkan budaya positif secara konsisten dan menyeluruh. Dengan adanya budaya positif, diharapkan pembelajaran di sekolah dapat menjadi lebih nyaman dan menyenangkan bagi para murid. Para murid akan merasa didukung dan dihargai dalam proses pembelajaran, sehingga potensi belajar mereka dapat berkembang secara optimal. Semangat dan antusiasme dari para pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengikuti Diseminasi Budaya Positif ini menunjukkan komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih positif dan mendukung perkembangan siswa secara holistik. Dengan kolaborasi dan kerja sama yang kuat antara semua pihak di sekolah, diharapkan implementasi budaya positif akan terus berkembang dan memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan.
Penutup
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkolaborasi dalam upaya implementasi Budaya Positif di sekolah. Semangat dan kerjasama dari Kepala Sekolah, Bapak Ibu guru, dan seluruh tenaga kependidikan telah menjadi pendorong utama atas keberhasilan aksi nyata dalam Diseminasi Budaya Positif yang telah berhasil dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sekayu.
Kami berharap bahwa dengan kerja sama dan dedikasi yang terus menerus, kita dapat mencetak generasi yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri dan berintegritas. Semoga upaya kita bersama dalam membangun Budaya Positif di sekolah akan membawa dampak positif bagi siswa dan masa depan bangsa. (Aamiin)